Keberhasilan orang lain adalah kebahagiaan kita.


Banyak orang yang saya jumpai berubah sinis ketika mengetahui orang lain mendapat peningkatan hidup,entah itu soal pekerjaan,usaha atau sekedar memiliki produk yg sebelumnya tidak dia punya. Sinisme semacam ini biasanya muncul atas dasar ketidak-relaan dirinya orang lain memiliki kelebihan hidup,karena khawatir akan melampaui dirinya. Prilaku semacam ini sering kita jumpai dalam lingkup sosial,salah satu contoh: ketika ada temannya membeli produk baru,komentar yang keluar “kenapa tidak beli yg tipe di atasnya kan harganya selisih sedikit” atau “model ini cepet rusak/kurang cocok/terlalu mencolok ..bla…bla..bla dan segudang komentar negatif lainnya. Secara sadar atau tidak sadar,jika ini sudah menjadi karakter atau kebiasaan,maka secara auto pilot ucapan-ucapan seperti ini akan meluncur dari mulut orang tersebut dan tanpa perduli itu akan melukai atau tidak yang penting dia merasa puas sudah men-down grade kebahagiaan orang tersebut.

    Dampak dari karakter seperti ini justru memberikan pengaruh yang lebih besar bagi si pengucapnya. Karena racun-racun yang dia harap ditelan lawan bicara justru lebih banyak bersarang di perutnya. Pikiran dan tindak-tanduk tersabotase,justru membuat hidupnya yang menjadi terus-menerus jalan di tempat (atau bahkan mengalami kemunduran),karena terlalu sibuk menarik hidup orang-orang di sekitarnya setaraf dengan dirinya hingga dia lupa untuk meningkatkan taraf hidupnya jadi lebih baik.
    Ada baiknya kita melakukan scanning kepada diri sendiri secara berkala. Kurangi memberikan kata-kata negatif,perbanyak kalimat positif. Support teman-teman dilingkungan sekitar yang sedang berusaha menaikkan taraf hidup,Bangkitkan semangat orang-orang yang terpuruk,berikan rangkulan pada tubuh lemah yang tersudut. KARENA HIDUP ADALAH GAUNG,APA YANG KAU TERIAKKAN BEGITU PULA SUARA YANG AKAN KEMBALI KE TELINGAMU.